KabarViral79.Com – Dilansir dari hello sehat, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan, dari total 87 juta populasi anak di Indonesia, sebanyak 59 juta anak di antaranya kecanduan narkoba.
Ada istilah kecanduan obat, tapi tahukah kalau ternyata istilah tersebut tidak sama artinya dengan ketergantungan?
Seseorang yang mengalami ketergantungan obat belum tentu seorang pecandu, tapi seseorang yang sudah kecanduan obat sebelumnya kemungkinan besar mengalami ketergantungan obat. Berikut penjelasan lengkapnya:
Apa itu ketergantungan obat?
Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai proses konsumsi obat yang dilakukan berulang-ulang di luar aturan penggunaannya atau tidak sesuai resep dokter, meski tujuannya semata untuk mengatasi gejala, meredakan rasa sakit, atau mendukung fungsi tubuh.
Ketergantungan obat pun tetap dapat muncul bahkan meski Anda menggunakan obat tersebut sesuai aturan pakai yang telah diresepkan dokter.
Ketergantungan muncul ketika tubuh Anda telah menyesuaikan diri dengan kehadiran obat tersebut, sehingga Anda lama-lama kebal terhadap efek obat. Reaksi kebal obat inilah yang membuat beberapa orang cenderung suka seenaknya menaikkan dosis sendiri supaya bisa mendapatkan efek obat yang diinginkan.
Di sisi lain, ketika Anda memutuskan untuk berhenti minum obat itu, tubuh akan “berontak” dengan menunjukkan reaksi penarikan atau gejala putus obat karena merasa kebutuhannya akan suatu zat kimia tertentu tidak terpenuhi.
Gejala yang dapat terjadi antara lain pusing, mual, pingsan, nyeri di sekujur badan, hingga halusinasi berlebihan. Untuk mengatasi reaksi putus obat, maka kemudian Anda akan harus kembali mengonsumsi obat tersebut dalam dosis yang lebih kuat.
Tidak cuma narkoba yang bisa bikin ketergantungan, obat warung pun juga bisa. Bahkan, bukan hanya obat-obatan terlarang (narkoba) saja yang bisa menyebabkan ketergantungan.
Setiap obat-obatan medis resmi yang digunakan berkelanjutan dalam jangka panjang nyatanya dapat menyebabkan ketergantungan, termasuk obat pereda nyeri yang dijual bebas di warung dan obat-obatan steroid kuat seperti morfin dan fentanyl yang wajib pakai resep dokter.
Ketergantungan obat bisa menjadi awal dari penyalahgunaan obat dan kecanduan, serta berisiko memicu terjadinya overdosis yang berakibat fatal. Untuk mencegah ketergantungan obat, pemberian jenis obat beserta dosis dan jadwalnya harus di bawah pengawasan dokter.
Jika Anda perlu menaikkan atau menurunkan dosisnya, konsultasikan ke dokter. Hanya dokterlah yang bisa dan berhak mengubah dosis obat-obatan yang Anda konsumsi untuk mencegah terjadinya gejala putus obat.
Orang yang mengalami ketergantungan obat sering kali menampakkan gejala kecanduan, walaupun keduanya hal yang berbeda. Oleh karena itulah, keduanya sering sulit dibedakan — terutama pada kasus di mana obat yang digunakan adalah obat resep.
Apa yang dimaksud kecanduan obat?
Dikutip dari National Institute on Drug Abuse , kecanduan obat adalah kondisi yang terjadi ketika Anda tidak bisa lagi mengendalikan dorongan atau keinginan yang tak tertahankan untuk menggunakan suatu obat.
Orang yang memiliki kecanduan tidak mempunyai kuasa untuk menghentikan apa yang mereka lakukan, gunakan, atau konsumsi bahkan ketika penggunaannya merusak atau mengganggu kewajibannya dalam bekerja, berkeluarga, dan hidup bersosial.
Kecanduan berbeda dengan ketergantungan. Ketika Anda ketergantungan untuk melakukan kebiasaan yang selalu Anda lakukan, Anda bisa menghentikannya kapan saja sesuai dengan kondisi yang terjadi. Tidak dengan kecanduan.
Kecanduan membuat Anda benar-benar kehilangan kontrol sehingga tidak lagi mampu untuk menghentikan perilaku tersebut, terlepas dari apa yang Anda untuk menghentikannya dan seberapa keras usaha tersebut.
Orang tersebut hanya mementingkan dorongan untuk menggunakan obat daripada melakukan aktivitas normal lainnya, bahkan sampai menggunakan cara yang melanggar hukum demi mendapatkannya.
Maka, bukan tidak mungkin kecanduan sampai bisa menyebabkan perubahan perilaku, kebiasaan, bahkan hingga fungsi otak secara permanen.
Tidak hanya obat, kecanduan juga bisa disebabkan hal lain seperti kecanduan alkohol, seks, berjudi, bahkan kecanduan minum kopi.
(*)