|
Komitmen Lazada Indonesia dalam pemberdayaan UMKM lokal diwujudkan di antaranya dengan berbagai pelatihan Naik KeLaz dalam Lazada University. |
Melalui Lazada University dan LazStar Trainer, Lazada tunjukkan komitmennya dampingi UMKM hadapi tantangan untuk naik kelas
JAKARTA, KabarViral79.Com – Seiring perkembangan teknologi yang cepat dalam aktivitas perekonomian, pelaku usaha mendapatkan peluang memperluas jangkauan pasar dengan merambah ke dunia digital.
Center for Indonesian Policy Study (CIPS) dan Lazada Indonesia (Lazada) bekerja sama dalam penelitian berjudul “Mengatasi Hambatan Naik Kelas UMKM Digital” yang hasilnya di antaranya menunjukkan bagaimana talenta digital menjadi tantangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia untuk berdigitalisasi.
Menurut data Kemenkop UKM pada 2023, ada 22,81 juta dari 66 juta UMKM yang melakukan digitalisasi pada praktik bisnisnya, salah satunya dengan melakukan penjualan melalui eCommerce.
Di sisi lain, studi CIPS dan Lazada mengungkap bahwa 98,68 persen dari total UMKM di Indonesia masuk ke dalam kategori usaha mikro, jauh lebih besar dari kategori kecil (1,22 persen) dan menengah (0,10 persen).
Nyatanya, pelaku UMKM menghadapi berbagai tantangan yang menghambat proses digitalisasi. Studi CIPS dan Lazada menunjukkan bahwa untuk menciptakan dan mendapatkan talenta digital di dalam ekosistem bisnisnya, pelaku UMKM terbentur dengan tingginya biaya, baik dalam proses perekrutan maupun pelatihan.
“Kami meyakini bahwa faktor talenta atau sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan inklusifitas UMKM dalam ekonomi digital di Indonesia. Oleh karena itu, kami terus berinovasi untuk menjalankan peran sebagai platform eCommerce untuk memberikan pembekalan yang memadai bagi para pelaku usaha yang baru memulai perjalanannya di dalam platform. Lazada University menjadi salah satu wujud nyata komitmen kami dalam menciptakan dan mengembangkan talenta digital baru dan membantu pelaku UMKM naik kelas,” kata Budi Primawan, Vice President - Government Affairs, Lazada Indonesia.
Sebesar 30 persen responden yang memiliki kecenderungan berinovasi yang tinggi merasa pemasaran dan promosi mereka tidak cukup memadai untuk menjangkau pasar karena hanya 47,7 persen bisnis UMKM yang memiliki sumber daya dengan keterampilan desain grafis untuk pemasaran digital. Selain itu, 28,57 persen merasa mereka tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital yang tersedia.
|
Seluruh penjual di Lazada bisa mengakses berbagai informasi dan pengetahuan di Lazada University secara mandiri kapan saja dan di mana saja. |
Menanggapi tantangan ini, Lazada Indonesia, sebagai salah satu pelaku eCommerce di Indonesia, menjalankan perannya untuk menjadi katalis digitalisasi UMKM dengan pengembangan talenta digital. Melalui inisiatifnya, Lazada menyediakan pengajaran dan pelatihan yang mudah diakses UMKM, membantu pemain baru dalam ekonomi digital untuk naik kelas.
Lazada University merupakan platform pembelajaran bagi para penjual yang tergabung di Lazada, yang dapat diakses secara mandiri kapan saja dan di mana saja. Melalui Lazada University, Lazada menyediakan sumber informasi gratis untuk para penjual Lazada dengan pusat pelatihan online yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penjual agar bisa terus berkembang di pasar eCommerce.
Lebih lanjut, hasil studi CIPS dan Lazada menemukan 48,21 persen UMKM yang memiliki kecenderungan berinovasi yang tinggi merasa kesulitan menjangkau konsumen yang lebih luas dengan 37.50 persen terhambat mahalnya biaya logistik, 30,36 persen kurang menguasai pemasaran digital, 28,57 persen kesulitan memanfaatkan teknologi secara maksimal, dan 32,14 persen kesulitan mendapatkan akses permodalan.
Data tersebut menunjukkan bahwa akses terhadap digitalisasi dan eCommerce saja tidak cukup, dan talenta digital yang dapat memanfaatkan peluang bisnis digital masih merupakan tantangan besar yang harus dihadapi.
Sejalan dengan data yang ditunjukkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) pada 2023, Indonesia membutuhkan tambahan sembilan juta talenta digital pada 2030 dan harus menghasilkan rata-rata 600 ribu talenta digital per tahun melalui pelatihan dan keterampilan.
Berbagai tantangan pada sumber daya manusia ini memerlukan kontribusi dari berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan digital yang sehat dan terbuka untuk segala inovasi oleh pelaku UMKM.
CEO Center for Indonesian Policy Study (CIPS), Anton Rizki mengatakan, UMKM dihadapkan dengan tantangan ketersediaan dan persaingan dalam mendapatkan sumber daya cakap digital.
“Oleh karena itu, sektor swasta, khususnya eCommerce, memegang peranan penting dalam merumuskan kurikulum digital yang mengikuti perkembangan teknologi yang dinamis dan terus berubah,” ujarnya.
|
Lazada terus memberdayakan para penjual lokal Indonesia untuk bisa naik kelas dalam ekosistem eCommerce di Lazada. |
Komitmen Lazada terhadap pengembangan ekosistem kewirausahaan digital terus diperkuat dengan menghadirkan para LazStar Trainer, para penjual di eCommerce sekaligus pelatih bersertifikat yang berhasil mengembangkan tokonya hingga menjangkau pasar nasional berkat penguasaan fitur-fitur kunci pada eCommerce.
LazStar Trainer yang dipilih Lazada dikenal sebagai marketplace expert yang memang telah berhasil mendorong banyak pelaku usaha online menumbuhkan bisnisnya di eCommerce.
Sebagai LazStar Trainer, Dedy Liem, Rika Yeo, dan Johanes Lie akan mendorong, memotivasi, dan mengajarkan para penjual di Lazada berbagai strategi pemasaran digital yang penting untuk pertumbuhan bisnis.
Lazada juga menawarkan kompetisi Lazada Next Top Seller bagi para penjual baru di Lazada dengan hadiah puluhan juta rupiah dan pelatihan bersama tiga LazStar Trainer Lazada selama tiga bulan, sebagai bagian dari upaya memperkuat semangat dan kemampuan kewirausahaan digital para penjual baru di Lazada.
Ke depannya, Lazada akan terus berkolaborasi bersama berbagai sektor dengan fokus di antaranya pada pada peningkatan keterampilan talenta digital sebagai tantangan utama dalam pertumbuhan UMKM.
“Kami akan terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang inklusif bagi pelaku UMKM. Melalui inisiatif yang kami berikan, kami harap dapat mendorong adopsi digital oleh UMKM melalui lahirnya talenta-talenta digital baru,” tutup Budi.
Tentang Laporan
Studi berjudul "Addressing Challenges to Growth and Scaling for Digital MSMEs in Indonesia" merupakan studi hasil kolaborasi antara Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dan Lazada Indonesia untuk memahami lebih dalam praktik, peluang, serta tantangan UMKM dalam proses digitalisasi bisnisnya.
Laporan lengkap hasil studi dapat diakses di sini.
Tentang Lazada
Lazada Group adalah pionir platform eCommerce di Asia Tenggara. Selama 12 tahun terakhir, Lazada mempercepat kemajuan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam melalui perdagangan dan teknologi.
Saat ini, ekosistem Lazada yang terus berkembang menghubungkan 160 juta pelanggan kami dengan lebih dari satu juta penjual aktif setiap bulannya, yang bertransaksi dengan aman dan nyaman melalui saluran pembayaran terpercaya, menerima paket melalui jaringan logistik lokal yang telah menjadi yang terbesar di kawasan ini.
Di Indonesia, Lazada dikenal sebagai pionir Harbolnas, festival belanja terbesar di tanah air. Masyarakat Indonesia dapat menikmati pengalaman berbelanja yang aman dan nyaman dengan pengiriman cepat dan gratis ongkir, yang didukung oleh layanan logistik Lazada yang menyeluruh.
Sebagai bagian dari upaya membangun bisnis e-commerce yang berkelanjutan di Indonesia, Lazada berkomitmen untuk memberdayakan talenta Indonesia agar siap menghadapi masa depan.
Sumber: PRNewswire