-->

Berita Terbaru

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

Ajang Pra PORA Dananya Minim, Mungkinkah Bireuen Bisa Mengubah Peringkat di PORA

By On Jumat, September 17, 2021

Ketua Umum KONI Bireuen saat berpidato pada pelapasan tim PORA XIII di Jantho, Aceh Besar 2018 lalu. Di PORA tersebut, Bireuen berada diurutan paling bawah, yakni urutan 19 dari 23 Kabupaten/Kota. 

BIREUEN, KabarViral79.Com – Dunia olahraga di Kabupaten Bireuen masih tetap jalan ditempat, penuh dilema, dan belum satu instansipun yang berpihak kepada atlet, termasuk pemerintah setempat, tak kecuali Wakil Rakyat atau Anggota DPRK Bireuen.

Hampir semua cabang olahraga di Bireuen kini dituntut agar terus berprestasi pada semua event, termasuk pada ajang Pra Kaulifikasi Pekan Olahraga Aceh (PRA PORA) yang kini mulai diikuti pertandingannya di sejumlah daerah.

Sementara kucuran dana dari Pemerintah Bireuen masih sangat minim. Sementara persoalan ini bukanlah cerita baru. Kondisi olahraga di “Kota Juang” seperti tak ubuhnya ibarat ulangan sebuah lagu yang didendangkan tanpa akhir. Pemerintah dan Anggota DPRK di Bireuen juga ikut tertidur pulas dengan lantunan irama lagu tersebut. Tak perlu tahu.

Lihatlah. Untuk tahun 2021 ini, Pemerintah Bireuen hanya berani mengucurkan dana sebesar Rp1.800 milyar untuk pembinaan 30 lebih Pengurus Cabang (Pengcab) olahaga di Kabupaten Bireuen yang dikucurkan melalui KONI setempat.

Sementara dana sebesar itu juga ikut dikuras untuk penyewaan kantor KONI setiap tahunnya, ditambah dana insentif pengurus teras KONI, pembelian ATK serta kegiatan seremonial lainnya. 

Terakhir, dana untuk membina atlet yang lahir dari kampung-kampung untuk mengharumkan nama daerah Kabupaten Bireuen hanya tersisa secuil, cukup untuk membeli kerupuk jengek, itupun mereka dapatkan melalui bantuan dana bila ada event atau kejuaraan yang diikuti.

Tak kecuali bagi pelatih setiap Cabor di Bireuen yang sama sekali tidak mendapat insentif apapun, kecuali karena lillahitaala, dan hanya karena tanggungjawab moral terhadap olahraga di daerah.

Ironis memang. Begitulah perhatiannya terhadap Cabang Olahraga di Kabupaten Bireuen dari tahun ke tahun. Dunia olahraga di Bireuen penuh sandiwara dan angan-angan, dan tak ada yang memihak terhadap atlet, dan mereka-pun disanjung, dielus-eluskan saat sedang dibutuhkan. Usai itu, merekapun terabaikan tanpa masa depan yang jelas. 

Sekarang ini, dana pembinaan atlet melalui KONI kembali terkuras untuk persiapan keberangkatan atlet menghadapi PRA PORA ke sejumlah Kabupaten/Kota agar bisa lolos ke Pekan Olahraga Aceh (PORA) di Pidie Tahun 2022 mendatang.

Bahkan sebagian Cabang Olahraga di Bireuen terus berlatih, mempersiapkan diri tanpa kenal lelah agar bisa melahirkan prestasi, dan meraih medali untuk mengharumkan nama Kabupaten Bireuen pada PORA di Pidie.

Tapi apa lacur, pemerintah sendiri menuntut agar olahraga di Kabupaten Bireuen berprestasi. Namun sejatinya mereka ikut menyadari, untuk menciptakan perstasi bagi seorang atlet olahraga bukan seperti membalik telapak tangan. Tak hanya butuh semangat, tapi di olahraga itu juga butuh finansial pendukung lainnya, terutama dana yang memadai serta fasilitas atlet.

“Seharusnya Pemerintah dan DPRK setempat memiliki tanggungjawab bersama agar pembinaan olahraga di Bireuen benar-benar tersedia anggaran yang cukup. Mereka pelaku dan atlet olahraga. Mereka itu juga warga, atau rakyat Bireuen juga, butuh perhatian yang serius, bukan hanya sekedar cerita semata,” sebut seorang pemerhati olahraga di Bireuen yang meminta dirahasiakan namanya, Kamis, 16 September 2021. 

Di suatu kesempatan, Ketua Umum KONI Bireuen, H. Mukhlis didampingi Sekretarsi Umum KONI, Zamzami mengatakan, kalau dilihat dari sisa anggaran Rp1. 250 miliar yang ada saat ini memang sangat tidak mencukupi, apalagi saat ini 30 Cabor lebih atau sekitar 500 lebih atlet akan mewakili Bireuen untuk mengikuti PRA PORA di sejumlah Kabupaten/Kota.

Pada ajang PRA PORA harus disediakan dana tranpsortasi, penginapan serta kebutuhan atlet selama bertanding, belum lagi dana lainnya selama pertandingan itu berlangsung.

“Seharusnya, dana yang paling banyak dibutuhkan saat pertandingan PRA PORA. Karena semua atlet ikut agar dapat lolos ke ajang PORA. Sementara di event PORA, mereka semuanya telah terpilih mewakili Bireuen sesuai dengan ketentuan,” katanya. 

Diharapkan, sambung Mukhlis, Pemerintah Daerah Bireuen,dan peran serta DPRK  dapat menambah dana pada perubahan tahun ini untuk KONI, baik dana pembinaan atlet, sehingga dapat tercapai apa yang diharapkan.

“Dengan adanya pembahan dana, setidaknya atlet dapat tampil maksimal. Tujuan utamanya dapat memperbaiki peringkat peroleh medali di PORA Tahun 2022 di Pidie. Itu juga pengalaman dari PORA di Jantho Aceh Besar 2018, Bireuen berada diurutan ke-19 dari 23 Kabupaten/Kota yang ikut,” sebutnya.

Beranjak dari itu. Kendala klasik yang masih tetap menjadi “primadona” di olahraga Kabupaten Bireuen adalah dana. Tentu ini bukan persoalan kemarin, mungkin kondisi ini sudah “mendarah daging’ dan sudah terjadi sejak Bireuen menjadi sebuah Kabupaten usai pemekaran dari Aceh Utara. Lalu kondisinya sekarang tetap belum berubah.

PRA PORA tahun ini seharusnya diletakkan sebagai salah satu mata rantai pembinaan dan pembangunan olahraga daerah. Ajang Pra PORA merupakan ajang agar dapat meloloskan atlet Bireuen sebanyak mungkin ke PORA, dengan tujuan dapat mengubah peroleh medali dan peringkat di PORA, tidak seperti pengalaman di PORA XIII di Jantho, Aceh Besar 2018.

Namun bila dana pembinaan olahraga di Kabupaten Bireuen selalu dalam kondisi masih tetap “sekarat” dan selalu minim dari harapan. Maka pemerintah jangan berharap prestasi olahraga di Kabupaten Bireuen ke depan akan gemilang. (Joniful)

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »