![]() |
| Salah satu ruang sekolah di Peusangan Siblah Krueng, Bireuen, hancur pasca banjir bandang menerjang di kawasan itu. |
BIREUEN, KabarViral79.Com - Banjir bandang yang melanda Kabupaten Bireuen menyebabkan kerusakan parah pada ratusan satuan pendidikan, mulai dari jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama. Bahkan, lima sekolah dilaporkan roboh dan hilang terseret arus sungai.
Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Bireuen mencatat, tiga sekolah dasar mengalami kerusakan paling parah, yakni SDN 12 Juli, SDN 14 Juli, dan SDN 5 Peusangan Krueng. Khusus SDN 5 Peusangan Siblah Krueng, bangunan sekolah dilaporkan hilang sepenuhnya setelah dihantam derasnya arus sungai.
Selain itu, banjir bandang juga berdampak pada 122 sekolah TK, 53 sekolah SD, dan 44 sekolah SMP yang mengalami kerusakan berat, terendam lumpur, serta tertimbun material longsor.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, Zamzami, S.Pd, M.M menjelaskan, secara keseluruhan terdapat lima sekolah yang harus direlokasi ke tempat lain karena bangunannya roboh dan tidak lagi memungkinkan untuk digunakan.
"Untuk bangunan sekolah yang hancur tercatat tiga unit, sedangkan lima unit sekolah harus direlokasi. Seluruh mobiler sekolah harus diganti, termasuk meja, kursi, lemari, serta perlengkapan belajar lainnya," kata Zamzami.
![]() |
| Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, Zamzami, S.Pd, M.M. |
Selain kerusakan bangunan, banjir juga mengakibatkan hilangnya buku perpustakaan, komputer, serta perlengkapan sekolah. Tidak hanya itu, seragam sekolah, tas, dan buku pelajaran siswa TK, SD, hingga SMP turut hanyut terbawa banjir.
Zamzami juga mengungkapkan, Kepala SDN 7 Bireuen di Desa Balee Panah, Kecamatan Juli, turut menjadi korban, di mana rumah pribadinya ikut hilang terseret arus sungai.
"Kondisi pasca bencana ini sangat berat. Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa menghadapi kesulitan besar, baik secara fisik maupun psikologis," ujarnya.
Disdikbud Bireuen berharap, menjelang tahun ajaran baru 2026, seluruh kebutuhan pendidikan dapat kembali terpenuhi, mulai dari bangunan sekolah, mobiler, buku, hingga seragam dan tas bagi siswa korban banjir.
Namun demikian, kendala terbesar saat ini adalah timbunan lumpur dan material tanah pasca banjir bandang yang sulit dibersihkan karena keterbatasan anggaran sekolah.
"Kami berharap Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi segera membantu pembersihan material banjir dan memindahkannya ke lokasi lain. Selain itu, banyak siswa dan guru yang mengalami trauma dan membutuhkan pendampingan psikososial," pungkas Zamzami. (Joniful Bahri)

