-->

Berita Terbaru

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

Bireuen Terkoyak Angkara Perusak Hutan: Titik Banjir Melumat Desa, Air Bah Mengantar Peringatan Kiamat Ekologi

By On Rabu, Desember 03, 2025

Warga berusaha melintas di jalan yang mengalami kerusakan berat pasca banjir dan longsor di kawasan jalan Bireuen-Takengon

BIREUEN, KabarViral79.Com - Air mata Bireuen belum kering ketika banjir bandang kembali merangsek seperti pasukan maut dari perut gunung yang dilukai. Alam marah, dan amarah itu tumpah melalui 11 jembantan yang memporak-porandakan pemukiman warga.

Jembatan nasional yang kokoh selama puluhan tahun ambruk dalam sekejap. Rumah-rumah yang menjadi tempat tawa dan doa kini berubah menjadi serpihan yang hanyut bersama pekatnya lumpur. Namun yang lebih menyayat, nyawa dan harapan ikut dibawa arus.

Air bah datang bersama batang kayu besar jejak kejahatan ekologis yang selama ini dibiarkan. Rimba yang menjadi benteng terakhir desa-desa itu sudah lama dipreteli oleh tangan serakah. Namun kini, para pembabat hutan hanya mampu menunduk dan melirihkan suara.

Mereka tak hanya menyaksikan kehancuran lingkungan, tapi juga keruntuhan sumber pendapatan pribadi yang selama ini mereka banggakan lenyap dihantam murka alam.

Seorang personel TNI AD menyeberang sungai Teupi Mane, Juli, yang putus diterjang banjir bandang untuk membawa bantuan makanan untuk warga yang masih terisolir. 

"Sejatinya pemerintah daerah dan pemangku kepentingan harus segera mengevaluasi kejadian pahit ini. Bila tidak, bukan mustahil pemukiman warga Bireuen akan lenyap dari peta," ujar seorang Tokoh Masyarakat dengan suara tercekat, menahan getir di tenggorokan.

Namun apa lacur isu dan dugaan justru berkembang, bahwa ada oknum yang turut menikmati manisnya keuntungan dari hutan yang dikorbankan. Seolah ada ketakutan untuk menetapkan aturan yang tegas dan sehat. Ketakutan yang membuat kerusakan ini seperti dilestarikan dalam diam.

Warga berdiri di tengah puing-puing kehidupannya, menatap masa depan yang kabur dibalut bau lumpur bencana. Mereka tidak berteriak meminta banyak hanya keadilan. Hanya sebuah keberanian untuk menghentikan kerusakan sebelum bumi benar-benar menelan semuanya.

Malam itu, Bireuen menangis keras. Bukan hanya karena datangnya banjir, tetapi karena peringatan yang terlalu lama diabaikan.

Dan air bah yang lalu itu seperti berkata: Jika rakus masih diberi ruang, maka ruang hidup manusia akan hilang lebih dulu. (Joniful Bahri)

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »