-->

Berita Terbaru

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

Suhaimi Hamid: Perubahan Iklim, Aceh Harus Waspada Terhadap Bencana

By On Kamis, Mei 21, 2020

Ketua Forum DAS Krueng Peusangan, Suhaimi Hamid. 
BIREUEN, KabarViral79.Com – Dalam kurun waktu satu pekan terakhir, bencana alam,  baik banjir dan angin kencang ikut melanda sebagian daerah di Provinsi Aceh. Dampak itu telah menyebabkan terjadinya kerugian material yang cukup besar. 

Menyahuti kondisi ini, maka Provinsi Aceh harus waspada dengan meningkatnya ancaman terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, akibat perubahan iklim, dan perubahan kenaikan suhu udara yang memicu cuaca ekstrim.

Ketua Forum DAS Krueng Peusangan, Suhaimi Hamid mengatakan, iklim di Aceh akibat meningkatnya suhu udara global antara 2 sampai 4 derajat celcius diantara tahun 2030 - 2070 mendatang.

“Kondisi perubahan iklim sudah terjadi saat ini. Bahkan cuaca ekstrim, seperti curah hujan tinggi akan ikut dampak, terjadinya kerusakan hutan seperti terjadi saat ini. Sementara ilegal logging dan perambahan kawasan hutan  terus meningkat belakangan ini,” ujar Suhaimi Hamid kepada awak media, Kamis, 21 Mei 2020.

Kata Suhaimi Hamid atau sering disapa Abu Suhai ini, sesuai studi Program Shared Resources Join Sollution itu disebutkan, kondisi perubahan iklim diprediksi di Sumatera, termasuk Aceh, akan terjadi peningkatan curah hujan sebesar 24 persen selama  setahun. 

Dampak dari itu, maka curah hujan yang tinggi akan meningkatkan debit air di sungai, menyebabkan daerah daratan dan pesisir terjadi luapan seperti yang terjadi beberapa hari lalu.

“Mengantisipasi hal ini, kita perlu meningkatkan perlindungan terhadap daerah di sepanjang aliran sungai, dan kawasan hutan, sehingga erosi dan longsor bisadi berkurang,” ungkap Suhaimi.

Ancaman lainnya dengan meningkatnya suhu global, Aceh juga mengalami kenaikan permukaan air laut. Ini juga mengancam daerah-daerah pesisir, terutama di bagian timur Aceh.

Kenaikan permukaan air laut, kata dia, menimbulkan konsekuensi parah bagi keamanan pangan (lokal) dan proteksi daerah pesisir, akuakultur budidaya perairan, dan paling rentan adalah hutan bakau, pemukiman warga di daerah pesisir, pertanian dataran rendah juga mengalami dampak kenaikan permukaan air laut.

“Untuk itu, daerah pesisir harus mempertahankan keberadaan hutan bakaunya seperti Aceh Timur, Langsa dan Aceh Tamiang agar dampak perubahan iklim ini bisa dimitigasi,” harapnya.

Abu Suhai juga mengingatkan semua elemen agar tidak memperburuk kondisi dengan membiarkan pengrusakan hutan.

Sebab saat ini keberadaan hutan akan menjadi benteng utama antisipasi dampak perubahan iklim yang sedang terjadi.

“Saat ini Aceh kehilangan tutupan hutan rata-rata sekitar 15 ribu hektar setiap tahunnya. Bila ini terus dibiarkan, maka Aceh menjadi kawasan yang sangat rentan terhadap bencana alam di masa mendatang,” pangkasnya. (Joniful)

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »