![]() |
Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST, menunjukkan ekspresi geram saat melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Fauziah Bireuen, Senin sore, 02 Juni 2025. |
BIREUEN, KabarViral79.Com - Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST, menunjukkan ekspresi geram saat melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Fauziah Bireuen, Senin sore, 02 Juni 2025.
Dalam kunjungannya, Bupati menemukan dua alat kesehatan canggih, Fluoroscopy dan C-arm, yang tidak difungsikan meskipun telah dibeli sejak tahun sebelumnya.
Sidak dilakukan Bupati bersama Ketua DPRK Bireuen, Juniadi, SH, Pj Sekretaris Daerah Hanafiah, SP, CGCAE, serta sejumlah pejabat daerah.
Rombongan mengunjungi beberapa bagian rumah sakit, termasuk Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang radiologi, dan ruang operasi.
Di ruang IGD, Bupati menemukan keterbatasan fasilitas seperti ranjang pasien yang tidak mencukupi dan keluhan mengenai kurangnya kamar rawat inap.
Kondisi ini dinilai tidak mencerminkan pelayanan kesehatan yang optimal, apalagi RSUD dr Fauziah berstatus sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang seharusnya lebih fleksibel dalam pengelolaan keuangan.
Namun temuan paling mengejutkan terjadi di ruang radiologi, ketika Bupati mendapati alat Fluoroscopy dan C-arm bernilai miliaran rupiah tidak berfungsi karena belum memiliki izin operasional.
![]() |
Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST ikut melakukan Sidak ke ruang IGD RSUD dr Fauziah dan mendapati pasien yang tidak tersedia tempat tidur, Senin sore, 02 Juni 2025. |
Kedua alat tersebut dibeli sejak 2024, namun hingga kini belum dapat digunakan untuk melayani pasien.
“Bagaimana rumah sakit bisa terus merugi? Semua sudah didukung negara, tenaga medis, bangunan, operasional, tetapi masyarakat tetap tidak mendapat pelayanan maksimal. Obat tidak tersedia, sementara alat mahal dibiarkan mangkrak. Ini sangat menyakitkan,” ujar Bupati Mukhlis kepada awak media.
Bupati juga menyoroti indikasi proses pengadaan alat kesehatan yang tidak sesuai prosedur. Ia menduga terdapat praktik tidak transparan dan kemungkinan adanya kepentingan pribadi dalam pengadaan tersebut.
“Kami curiga ada proses pengadaan yang serampangan, bahkan diduga hanya demi cashback dari distributor. Ini tidak bisa dibiarkan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bupati mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi keuangan RSUD dr Fauziah yang saat ini menanggung utang lebih dari Rp 20 miliar. Kondisi ini kontras dengan sejumlah rumah sakit swasta di Bireuen yang tetap bisa bertahan dan bersaing dalam sistem layanan berbasis BPJS.
“Kita heran, kenapa rumah sakit swasta bisa sehat, sementara RSUD kita justru kolaps. Ada apa dengan manajemen?,” ungkapnya penuh tanya.
Sebagai tindak lanjut, Bupati langsung memerintahkan Inspektorat Daerah untuk melakukan audit investigatif terhadap manajemen RSUD dr Fauziah. Langkah ini diambil guna mencegah kerugian negara lebih lanjut dan memastikan akuntabilitas dalam pengelolaan rumah sakit.
Sidak ditutup dengan pertemuan bersama seluruh jajaran tenaga medis dan pegawai rumah sakit di aula utama. Dalam arahannya, Bupati menekankan pentingnya integritas, profesionalisme, dan semangat pelayanan kepada masyarakat.
“Ini bukan soal proyek atau jabatan. Ini soal nyawa dan pelayanan publik. Jika rumah sakit ini terus menggali lubang, kehancuran hanya tinggal menunggu waktu,” pungkas Bupati Mukhlis. (Joniful Bahri)