-->

Berita Terbaru

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

11 Titik Terputus: Ketika Akses dan Kehidupan di Bireuen Terhenti

By On Senin, Desember 01, 2025

Jembatan lintasan nasional di Kutablang Bireuen yang menghungkan Aceh Utara dan Bireuen putus total dan sulit dilintasi kendaraan untuk memasok bahan pokok masyarakat. 

BIREUEN, KabarViral79.Com Hampir sepekan setelah hujan deras dan banjir bandang mengguncang Provinsi Aceh, sebuah fakta tragis mulai terkuak: puluhan jembatan terputus, dengan setidaknya lima jembatan utama di Kabupaten Bireuen dari Kutablang hingga Peusangan Selatan rusak berat atau ambruk.

Jalan nasional yang biasa mengalirkan kehidupan kini sunyi, digantikan sungai deras yang merobohkan struktur vital.

Jembatan utama seperti Jembatan Kuta Blang di Krueng Tingkeum yang menghubungkan lintas nasional Banda Aceh–Medan, kini terbelah, membuat kendaraan roda dua maupun empat tak bisa melintas sama sekali. 

Di Peusangan dan Peusangan Selatan, jembatan rangka baja seperti Pante Lhong, Awe Geutah Paya–Teupin Reudeup, dan Ulee Jalan ikut tumbang. 

Jembatan Pante Lhong, Peusangan Bireuen ambruk dan dibawa arus hingga bangkai besinya ikut terdampar di pinggir sungai. 

Bagi warga, kondisi ini lebih dari sekadar infrastruktur rusak. Ini adalah pintu yang tertutup akses ke pasar, sekolah, layanan kesehatan, bahkan bantuan darurat pun terhenti. Komunikasi sempat hilang total, dan sinyal seluler sulit dijangkau di banyak titik.

Sementara pihak BPJN Aceh telah mencatat total 14 jembatan di Aceh yang terputus akibat bencana tanda bahwa kerusakan ini bukan kecelakaan lokal, tetapi bagian dari bencana sistemik yang melumpuhkan banyak wilayah sekaligus.

Sementara itu, warga berharap agar penanganan darurat berupa jembatan darurat (misalnya jembatan gantung atau jembatan darurat) segera terpasang, agar mobilitas dan distribusi logistik kembali berjalan.

Kini, puing—puing besi dan beton di lokasi jembatan putus bukan sekadar reruntuhan. Ia adalah saksi bisu betapa rapuhnya koneksi antara manusia, tanah, dan kehidupan ketika alam tak lagi bersahabat serta tanggung jawab kolektif yang harus segera dijawab. (Joniful Bahri)

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »