-->

Berita Terbaru

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

Pameran Memetri Sukses Dihadiri Ribuan Pengunjung, Simbol Kesadaran Lingkungan yang Kian Menguat

By On Jumat, Oktober 25, 2024

Keramaian Pameran Memetri di GIK UGM. 

YOGYAKARTA, KabarViral79.Com – Pameran Memetri telah digelar dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia (HHD) dan Hari Kota Dunia (HKD) 2024. Pameran ini sukses menyita perhatian ribuan pengunjung sejak dibuka pada 7 Oktober lalu. 

Pameran yang berlangsung selama dua minggu penuh di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) ini resmi ditutup pada Sabtu, 19 Oktober 2024. Tercatat sampai hari terakhir, pameran telah dihadiri hingga 26.727 pengunjung.

Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ir. Dian Irawati, MT dalam sambutannya menyebut, antusiasme ini menjadi simbol yang nyata bahwa kepedulian terhadap bumi dan masa depan yang berkelanjutan semakin menguat di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda.

Kesuksesan pameran Memetri tak lepas dari kolaborasi multidisiplin yang melibatkan berbagai pihak. Ira, demikian Dian Irawati biasa disapa, juga menyampaikan apresiasinya atas sinergi antara Kementerian PUPR, ARTJOG, UGM, dan sejumlah komunitas yang terlibat.

Menurutnya, kolaborasi ini menjadi penting untuk menyampaikan pesan lingkungan dengan cara yang lebih mudah diterima oleh masyarakat, terutama generasi muda.

“Pameran ini adalah hasil kolaborasi yang luar biasa. Dengan menggandeng seniman seperti Mas Heri Pemad dari ARTJOG, kami bisa menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam kemasan yang lebih populer dan menyenangkan,” jelas Ira.

“Ini bukan sekadar pameran, tetapi juga menjadi bentuk edukasi yang efektif. Melalui pameran ini, kami ingin mengajak generasi muda untuk ikut serta dalam menjaga bumi, sesuai dengan tema Creating Youth to Better Urban Future,” lanjutnya. 

Ira juga menambahkan, Kementerian PUPR tidak hanya bertanggung jawab dalam pembangunan infrastruktur yang keras, tetapi juga memiliki misi untuk mendidik masyarakat tentang bagaimana menjaga lingkungan melalui cara-cara yang lebih lembut dan kreatif.

Pameran yang Menghadirkan Seni Sebagai Bahasa Alam

Sementara itu, CEO ARTJOG, Heri Pemad menekankan bahwa pameran Memetri merupakan simbol kegelisahan bersama akan kondisi bumi yang semakin memprihatinkan.

Menurutnya, kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, terhadap pentingnya menjaga dan merawat lingkungan menjadi semakin kuat.

“Pameran ini bukan hanya sekadar ajang pamer karya seni, tetapi lebih sebagai pernyataan kolektif kita sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Karya-karya yang ditampilkan tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna, menggugah sensibilitas kita sebagai manusia yang hidup di bumi. Kami ingin menekankan pentingnya toleransi, terutama terhadap alam,” ungkap Heri.

Ia juga mensyukuri Memetri ternyata menjadi pameran yang instagramable dan menarik perhatian generasi muda, tanpa kehilangan esensinya sebagai medium edukasi dan refleksi tentang kondisi alam dan lingkungan yang harus dirawat dan dipelihara.

Heri berharap agar pameran seperti Memetri dapat menjadi agenda rutin, tidak hanya sebagai bagian dari peringatan Hari Habitat Dunia, tetapi juga sebagai bentuk kampanye berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat luas. 

“Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Kolaborasi antara seniman, pemerintah, dan komunitas adalah sesuatu yang sangat kami hargai, dan kami berharap bisa melanjutkan kerjasama ini di masa depan,” tutup Heri.

Refleksi dan Harapan

Sementara itu, Kepala Balai Kawasan Permukiman dan Perumahan, Budianto Prasetio di sela-sela acara penutupan menyebut, pencapaian pameran Memetri tidak hanya diukur dari jumlah pengunjungnya.

“Tak kalah penting adalah dampaknya dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan,” ujar Budi.

“Melalui berbagai karya seni yang dipamerkan, pengunjung diajak untuk lebih peka terhadap isu-isu lingkungan, seperti perubahan iklim, krisis air bersih, hingga ancaman terhadap keanekaragaman hayati,” lanjutnya.

Masih menurut Budi, karya-karya yang dipamerkan, mulai dari instalasi seni hingga kolaborasi dengan komunitas lokal, memberikan inspirasi bahwa menjaga bumi bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari hal kecil hingga kebijakan besar.

“Dengan semakin banyaknya inisiatif yang fokus pada pelestarian lingkungan, diharapkan pesan-pesan yang disampaikan melalui pameran Memetri dapat terus bergema dan menjadi dorongan bagi masyarakat untuk bertindak lebih nyata dalam menjaga bumi,” pungkas Budi.

Memetri diharapkan menjadi penanda bahwa kesadaran akan pentingnya merawat bumi telah tumbuh dan harapannya dapat terus berkembang menjadi aksi nyata yang berdampak bagi keberlanjutan lingkungan di masa depan. (*/red)

Angkat Nilai Sejarah Payung dan Wastra, Festival Payung Indonesia 2024 Disambut Antusias Puluhan Ribu Wisatawan

By On Minggu, Oktober 13, 2024


Digelar pertama kali pada tahun 2014, Festival Payung Indonesia selalu sukses mendatangkan banyak wisatawan nusantara maupun mancanegara. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo mencatat, selama tiga hari pelaksanaan kegiatan Festival Payung Indonesia 2024, total pengunjungnya totalnya mencapai 26.974 wisatawan.

JAKARTA, KabarViral79.Com – Memasuki tahun ke-11, Festival Payung Indonesia 2024 kembali hadir pada 6 hingga 8 September 2024 di Taman Balekambang, Solo. Acara ini terselenggara berkat dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta.

Mengusung tema Payung Catra Wastra acara ini dibuka secara resmi oleh Walikota Surakarta, Teguh Prakosa, Direktur Festival Payung Indonesia Heru Mataya, dan jajaran pejabat Pemkot Surakarta pada Jum'at, 06 September 2024.

Ditemui saat pembukaan acara Festival Payung Indonesia 2024, Teguh Prakosa mengatakan, kegiatan ini tidak sekedar membangun identitas budaya daerah Surakarta saja, namun juga mampu mendorong peningkatan roda perekonomian Kota Surakarta.

“Melalui festival ini, kita bisa menunjukkan bagaimana budaya dapat menjadi basis ekonomi kreatif dan aset wisata yang bernilai tinggi bagi masyarakat Surakarta. Semoga festival ini dapat memberikan dampak postif bagi masyarakat baik dari segi budaya, ekonomi maupun sosial,” tuturnya.

Senada akan hal tersebut, Direktur Festival Payung Indonesia, Heru Mataya mengapresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi aktif dalam gelaran acara Festival Payung Indonesia 2024.

“Di tahun ini kurang lebih 1.500 seniman dari 35 Kota di Indonesia ikut berpartisipasi. Animo pengunjungnya juga sangat luar biasa. Semoga dengan adanya festival ini masyarakat jadi tahu bahwa payung dan wastra memiliki keterkaitan,” ungkap Heru Mataya saat ditemui pada Jumat, 06 September 2024.

Seperti diketahui, Festival Payung Indonesia merupakan event tahunan yang memadukan payung dengan kain nusantara. Di tahun ini dimeriahkan oleh 87 pertunjukkan seni tari, musik, dan fashion show dari 34 Kabupaten/Kota di Indonesia.

Selain seni pertunjukan, ada juga pasar kuliner hijau dengan menyajikan aneka makanan dan minuman tradisional yang memanjakan lidah. Kemudian ada pula pameran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).


Sumber: PRNewswire

Rayakan Keberagaman Budaya: 35th Shanghai Tourism Festival Tampilkan Kebudayaan Lokal dan Internasional

By On Selasa, Oktober 08, 2024


SHANGHAI, KabarViral79.Com – 35th Shanghai Tourism Festival ("Festival") resmi dibuka pada 14 September dengan pertunjukan langsung dan pawai akbar di Nanjing Road Pedestrian Mall, melibatkan para atlet Olimpiade dan seniman dari dalam dan luar negeri yang merayakan kebudayaan internasional.

Festival yang berlangsung hingga 6 Oktober ini mewujudkan pengalaman berkesan dan perjalanan unik bagi warga lokal dan wisatawan internasional.

Di sesi pembukaan, keberagaman budaya dipertunjukkan 25 tim asal Asia, Eropa, Amerika, dan Oseania. Setiap tim menumpangi sebuah perahu menarik.

Memeriahkan suasana festival ini, para atlet Olimpiade dari Shanghai, termasuk atlet Olimpiade Paris 2024, Tan Haiyang, bergabung bersama penyanyi dan penari dalam pertunjukan pembuka yang bertajuk "Igniting, Joyful City".

Mencakup 100 kegiatan, memamerkan 1.000 produk, serta diikuti 10 ribu pelaku bisnis, Festival ini mengusung tema "Visiting Shanghai", memiliki jenis acara yang beraneka ragam, seperti "Sleepless Nights of Fun," "Waterfront Adventures," "Urban Charm", serta sejumlah pameran.

Dengan demikian, berbagai orang dapat mengeksplorasi kemajemukan budaya melalui sesi acara "Great Art of Dunhuang" dan "Exhibition On Top of the Pyramid: The Civilization of Ancient Egypt."

Setiap distrik di Shanghai juga menampilkan tema unik, seperti berjelajah di kota tua, tur sungai, serta festival kuliner, guna menampilkan kemajemukan budaya.

Lebih lagi, bus tingkat kian meningkatkan pengalaman tersebut dengan pameran digital immersion VR "Eternal Notre-Dame" yang menghadirkan pengalaman menarik.

Lebih lagi, tujuh sesi CityWalk akan ditawarkan kepada para pengunjung, dan setiap sesi menampilkan keunikan budaya perkotaan di Shanghai.

Program promosi khusus turut dilansir di Shanghai untuk festival tersebut, termasuk harga tiket dengan diskon 50 persen di 62 atraksi, diskon eksklusif dalam periode terbatas untuk pameran "The Great Art of Dunhuang" oleh Chunqiu Tourism, diskon 50 persen untuk tiket "Pude Light City" oleh SAGA, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, Trip.com telah memperbarui rute tur gratis bagi wisatawan asing, serta berkolaborasi dengan lebih dari 200 merek di 20 negara di seluruh dunia untuk menawarkan program spesial yang mencakup hotel, bandara, dan tiket atraksi terkenal.

Greenland Group juga berkolaborasi dengan Expedia untuk meluncurkan fasilitas eksklusif, termasuk tiket pameran gratis.

Lebih dari 20 gerai baru telah dibuka di Global Harbor Mall selama Festival berlangsung, sedangkan Jiushi Tourism akan meluncurkan rangkaian program promosi di sektor olahraga dan wisata, bertepatan dengan Shanghai Rolex Masters 2024.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Festival ini telah menjadi simbol Shanghai, serta membangun reputasi kota ini sebagai destinasi ternama dunia. Festival ini juga menyediakan kesempatan bagi wisatawan di seluruh dunia yang ingin menikmati pemandangan indah, kuliner lezat, serta produk khas Shanghai sekaligus belajar tentang Tiongkok dan warisan budayanya,” ujar Cheng Meihong, Deputy Director General, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Pemerintah Kota Shanghai.


Sumber: PRNewswire

Memetri: Pameran Unik Gabungkan Seni, Budaya, dan Kearifan Lokal untuk Menjawab Ancaman Krisis Iklim

By On Selasa, Oktober 08, 2024


Pameran "Memetri" siap mengguncang Yogyakarta dengan perpaduan seni, budaya, dan kearifan lokal. Melalui kolaborasi komunitas dan seniman, acara ini mengajak pengunjung untuk melihat bagaimana solusi masa depan bisa terinspirasi dari tradisi nenek moyang.

YOGYAKARTA, KabarViral79.Com – Pameran bertajuk "Memetri" di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (UGM) segera digelar dari tanggal 8 - 19 Oktober 2024.

Pemeran ini menghadirkan perpaduan antara seni, budaya, dan kearifan lokal dalam menyikapi krisis iklim. Diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia, acara ini mengangkat tema besar "Jaga Iklim, Jaga Masa Depan".

Pameran ini menjadi wadah kolaborasi antara seniman-seniman ARTJOG, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pegiat lingkunga, dan 13 komunitas, untuk membagikan pengalaman dan gagasan tentang pemeliharaan lingkungan berbasis budaya lokal.

Kurator pameran, Yoshi Fajar Kresno Murti mengatakan, "Memetri" berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti memelihara, memuliakan, dan menghormati. 

Pameran Memetri terinspirasi oleh tantangan iklim yang semakin mendesak akibat pola hidup modern yang mengesampingkan harmoni dengan alam.

“Semua sektor kehidupan terpengaruh oleh perubahan iklim, dari siklus pertanian hingga perdagangan,” ujar Yoshi.

Menurutnya, untuk memitigasi dampak krisis iklim, kita perlu mengembalikan pola pikir "memetri," yaitu menjaga alam dengan kearifan yang diwariskan nenek moyang.

Konsep "telatah, mongso, bantala" (wilayah, siklus waktu, dan tanah) yang diusung dalam pameran menggambarkan keterkaitan antara manusia, alam, dan siklus kehidupan.

Pameran ini menjadi refleksi tentang bagaimana pengetahuan masa lalu dapat dijadikan panduan dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Dua diantara 13 Komunitas yang akan berpartisipasi di Pameran Memetri adalah Komunitas Wana Nagara dan Komunitas Kalibiru. Kedua komunitas memusatkan aktifitasnya di Yogyakarta.

Komunitas Wana Nagara: Hutan Kota sebagai Solusi Perkotaan

Kurniawan Adi Saputro, biasa disapa Inong, pendiri Komunitas Wana Nagara, menyoroti peran penting ruang terbuka hijau dalam mitigasi krisis iklim, khususnya di wilayah perkotaan seperti Yogyakarta.

Menurut Inong, kondisi kota yang didominasi oleh bangunan beton memperparah efek pemanasan global, terutama dalam hal suhu permukaan yang tinggi.

“Kami membayangkan kota yang benar-benar hijau, di mana ruang terbuka hijau tidak sekadar tempat bermain yang bersemen, melainkan ruang yang alami dengan vegetasi yang tumbuh bebas," tuturnya.

Inong dan komunitasnya telah memulai inisiatif penanaman hutan kota di daerah Pugeran, Yogyakarta, untuk mengurangi tingginya suhu permukaan dan menjaga ekosistem.

Mereka berupaya mewujudkan kota yang lebih ramah lingkungan dengan memperkenalkan konsep ‘hutan kota” yang nantinya bisa berkembang menjadi “kota hutan”.

Melalui pameran Memetri, Komunitas Wana Nagara juga akan mengadakan tur keliling kampus UGM untuk mengenalkan pengunjung pada jenis-jenis pohon lokal yang berperan penting dalam pengendalian suhu dan penyimpanan air.

Kalibiru: Ekowisata dan Konservasi untuk Masa Depan

Sementara itu, Nangsir Ahmadi, perintis wisata alam di Kalibiru, Kulon Progo, membawa pesan kuat tentang bagaimana ekowisata dapat menjadi solusi praktis dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Jika masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari hutan, hutan tersebut akan rusak," ujarnya.

Nangsir merintis wisata alam Kalibiru bersama empat orang rekannya, yaitu Parjan, Sukidal, Sudadi, dan Kamijan (almarhum).


Ia menjelaskan bagaimana Kalibiru, yang dulunya merupakan kawasan yang hutannya terancam rusak, kini berubah menjadi destinasi ekowisata yang rindang dan mampu menekan tingkat erosi serta memperbaiki kualitas udara.

Salah satu inovasi yang diusung oleh komunitas Kalibiru adalah teknik "infus bambu" untuk menjaga tanaman tetap hidup di musim kemarau.

Teknik ini menggunakan bambu sebagai media penetesan air secara alami, tanpa plastik, sebuah pendekatan ramah lingkungan yang terinspirasi oleh kearifan lokal.

Di pameran Memetri, Komunitas Kalibiru akan memamerkan inovasi ekowisata dan teknik konservasi, termasuk metode infus bambu yang mereka terapkan sejak tahun 2005.

Meskipun sederhana, inovasi ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan iklim sekaligus menjaga kelestarian hutan.

13 Komunitas, 1 Tujuan: Jaga Iklim untuk Masa Depan

Selain Wana Nagara dan Kalibiru, pameran ini juga melibatkan 11 komunitas lain dari berbagai daerah di Indonesia, yang masing-masing membawa solusi lokal untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.

Komunitas-komunitas ini tidak hanya memperlihatkan karya seni, tetapi juga gagasan dan praktik yang sudah mereka terapkan di lapangan. 

Yoshi menekankan bahwa pameran ini bukan sekadar ruang artistik, tetapi juga medium edukatif bagi masyarakat.

“Ini adalah kesempatan bagi kita untuk belajar dari praktik nyata yang dilakukan oleh komunitas-komunitas di seluruh Indonesia,” katanya.

Melalui presentasi yang estetis dan interaktif, pameran ini menawarkan cara baru dalam berpikir dan bertindak terhadap pelestarian alam.

Penanaman pohon, pengelolaan air, hingga cara menjaga keanekaragaman hayati akan dipaparkan melalui karya-karya visual yang mengajak pengunjung untuk terlibat dan bertanya langsung kepada komunitas-komunitas tersebut.

Belajar dari Masa Lalu untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Yoshi menekankan pentingnya belajar dari pusaka dan tradisi lokal dalam menghadapi tantangan modern seperti krisis iklim.

“Untuk menjaga kelestarian lingkungan, kita harus mengandalkan pengetahuan dari masa lalu dan menerapkannya dalam konteks kekinian,” ujarnya.

Pengetahuan ini, lanjut Yoshi, mencakup teknik-teknik konservasi air, penanaman pohon, serta cara masyarakat lokal berinteraksi dengan alam tanpa merusaknya .

Dengan menghadirkan pameran yang bersifat dialogis dan interaktif, Memetri berupaya menggugah kesadaran publik tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Komunitas-komunitas yang terlibat membawa pesan bahwa solusi terhadap perubahan iklim dapat ditemukan melalui kolaborasi antara tradisi dan inovasi.

Dalam konteks krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan, pameran Memetri diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk tidak hanya berfikir, tetapi juga bertindak.

Krisis ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau institusi tertentu, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif.

Seperti yang dicontohkan Komunitas Wana Nagara dan Kalibiru, dengan kearifan lokalnya, menunjukkan bahwa solusi iklim sering kali dapat ditemukan di sekitar kita dalam praktik-praktik yang sederhana namun berdampak besar bagi masa depan. 

Dengan demikian, pameran Memetri menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa upaya menjaga lingkungan bukanlah tugas yang tidak terjangkau.

Sebaliknya, melalui praktik-praktik kecil dan kesadaran kolektif, kita dapat berkontribusi dalam menjaga bumi ini tetap layak dihuni bagi generasi mendatang.

Yoshi, Inong, dan Nangsir sependapat bahwa Pameran Memetri bukan sekadar pameran seni. Ini adalah ruang dialog antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Sebuah ajakan bagi kita semua untuk memikirkan ulang hubungan kita dengan alam dan bagaimana kita dapat memelihara apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. 

Krisis iklim mungkin tampak menakutkan, tetapi solusi-solusi sederhana dan kearifan lokal yang diusung oleh komunitas-komunitas ini memberikan harapan nyata untuk masa depan yang lebih baik.

Informasi seputar Pameran Memetri bisa disimak di akun instagram @habitat.ina.  (*/red)

Budaya Lingnan Menarik Perhatian Global dengan Wing Chun, Opera Kanton, dan Lomba Perahu Naga

By On Selasa, Oktober 01, 2024


GUANGZHOU, KabarViral79.Com – Pada tanggal 30 Agustus 2024, drama tari orisinal "Wing Chun" dari Shenzhen, Provinsi Guangdong, memulai debutnya di Inggris di Teater Sadler's Wells di London, yang dikenal sebagai "kuil tarian."

Tiket untuk acara tersebut terjual habis dengan cepat, dan penampilannya mendapat ulasan yang sangat positif dari penonton. Dari akhir Agustus hingga awal September, produksi ini menampilkan 12 pertunjukan selama sembilan hari, dengan tingkat okupansi rata-rata yang mengesankan di atas 80 persen.

Prestasi ini mencatatkan rekor sebagai drama tari Tiongkok dengan penampilan terbanyak dan terlama di London. "Wing Chun" secara mahir memadukan tarian dan seni visual untuk menyoroti daya tarik unik dari Wing Chun, gaya kungfu yang dikenal dengan pertarungan jarak dekat, pukulan cepat, dan pertahanan rapat, serta Gambiered Guangdong gauze (Xiangyunsha), kain sutra bergengsi yang terkenal dengan teknik pewarnaan dan pencetakan yang rumit.

Baik Wing Chun maupun Xiangyunsha diakui sebagai warisan budaya takbenda. Kesuksesan drama ini mencerminkan semakin meningkatnya antusiasme global terhadap budaya Tiongkok, khususnya budaya Lingnan.

Pada bulan Maret 2024, acara Featured Guangdong—Opera Kanton diadakan di Gedung Opera Kanton Guangdong, dihadiri oleh sekitar 60 pejabat dan keluarga mereka dari berbagai konsulat di Guangzhou. Para peserta menyampaikan kekaguman yang tulus terhadap keindahan opera Kanton.

Bulan berikutnya, Kantor Urusan Luar Negeri Pemerintah Kota Guangzhou, bekerja sama dengan Distrik Panyu, menyelenggarakan acara "Explore Panyu" untuk pejabat konsular asing.

Selama acara tersebut, pejabat dari 30 negara mengunjungi kota kuno Shawan, menikmati musik Kanton, mengagumi mural dan patung, serta merasakan adat istiadat tradisional.

Pada bulan Mei 2024, Pameran Industri Budaya Internasional China (Shenzhen) ke-20 dibuka di Shenzhen World Exhibition Convention Center. Acara ini menampilkan beragam produk budaya Tiongkok yang mengesankan, mulai dari warisan budaya takbenda hingga permainan e-sports, film, dan musik orisinal yang diproduksi dalam negeri.

Pameran tersebut menarik partisipasi dari 60 negara dan wilayah, dengan 302 peserta luar negeri yang berpartisipasi secara daring maupun luring.

Guangdong berkomitmen untuk menggali esensi budayanya yang tradisional dengan mendorong transformasi inovatif dan pengembangan kreatif melalui berbagai ekspresi budaya, termasuk masakan Kanton, Teochew, dan Hakka, Xiangyunsha, keramik Shiwan, kungfu, tarian singa, dan perlombaan perahu naga.

Untuk memperingati 700 tahun kematian Marco Polo, opera "Marco Polo" dipentaskan kembali di Gedung Opera Guangzhou pada bulan Mei 2024. Tema internasional dan tata panggung kontemporer memikat penonton domestik maupun internasional.

Perlombaan perahu naga, sebagai aspek budaya Lingnan yang semarak, telah menjadi cara penting bagi teman-teman internasional untuk merasakan adat istiadat lokal.

Selama Turnamen Undangan Perahu Naga Internasional Guangzhou yang diadakan pada bulan Juni 2024, dari 111 tim yang berpartisipasi, banyak peserta dari luar negeri yang berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Malaysia, dan Kazakhstan.

Bukan hanya tradisi yang menarik minat global, tetapi juga modernitas. Pada bulan Agustus 2024, "Minggu Animasi & Kartun Internasional Lingnan Water Town" dimulai di Kota Hongmei, Dongguan.

Merek mainan seni lokal seperti Laura dan Motor Nuclear, bersama dengan IP animasi domestik populer seperti Pleasant Goat, Boonie Bears, dan Piggy Hero, memamerkan karya-karya mereka, menunjukkan energi yang dinamis dari mainan seni kontemporer dan animasi.

Para pemimpin industri dari Jepang, Republik Korea, serta dari Hong Kong dan Makau di Tiongkok, dan wilayah Taiwan, berkumpul untuk berbagi wawasan kreatif dan membahas tren industri, menarik minat besar terhadap pasar perdagangan budaya Tiongkok.

Kegiatan budaya yang semarak dan pertukaran yang terjadi di Guangdong selatan sedang memberikan vitalitas baru bagi integrasi dan pengembangan budaya Tiongkok dan asing.


Sumber: PRNewswire

Festival yang Digelar di Gutian Tiongkok Tenggara Tingkatkan Aktivitas Pertukaran Budaya di Wilayah Lintas-Selat

By On Senin, September 30, 2024


BEIJING, KabarViral79.Com – Ajang 16th Strait Forum-Chen Jinggu Cultural Festival dibuka Kamis lalu di Linshui Palace Ancestor Temple, Gutian, Kota Ningde, provinsi Fujian, Tiongkok Tenggara.

Para tamu dari seluruh lapisan masyarakat dan aliran kepercayaan di Tiongkok berkumpul di kuil tersebut untuk merayakan kasih sayang.

Festival ini mencakup sejumlah kegiatan seperti persembahan sajen, pameran kaligrafi dan lukisan, serta peresmian proyek lintas-selat. Maka, rangkaian kegiatan tersebut melestarikan budaya rakyat Chen Jinggu, serta mempererat pertukaran dan kerja sama lintas-selat dalam bidang ekonomi dan kebudayaan.

Chen Jinggu, Dewi Linshui, adalah pelindung ibu hamil dan anak-anak, serta menarik minat lebih dari 120 juta pemeluk aliran kepercayaan di seluruh dunia. Sebagian besar pemeluk aliran kepercayaan ini berasal dari Fujian dan Taiwan.

Gutian merupakan tempat asal aliran kepercayaan Chen Jinggu. Setelah bertahan ribuan tahun, aliran kepercayaan ini menjadi fenomena global.

Menurut Zhang Chenghui, seorang pejabat pemerintah di Gutian, dalam beberapa tahun terakhir, Gutian aktif mempromosikan makna spiritual dari aliran kepercayaan Chen Jinggu, serta menerbitkan berbagai karya sastra dan seni, serta membangun pusat aliran kepercayaan Chen Jinggu.


Sumber: PRNewswire

Pegiat Pencak Silat Gelar Musyawarah Pembentukan Pengurus DPW II TTKKBI Kabupaten Tangerang

By On Minggu, September 01, 2024


TANGERANG, KabarViral79.Com – Meski keberadaan Tjimande Tari Kolot Karuhun Banten Indonesia (TTKKBI) yang berpusat di Lontar Baru Kota Serang, Banten, baru berjalan satu tahun, manfaatnya telah mulai dirasakan oleh pegiat seni pencak silat di wilayah Banten dan kini telah merambah ke wilayah Jakarta.

Kini wilayah Kabupaten Tangerang tengah menyongsong keberadaan TTKKBI. Berbagai paguron pencak silat hadir di kediaman Ki Yaman Kala Hideung, Kp. Santri Asem, Desa Kemeri, Kecamatan Kemeri, Kabupaten Tangerang, Sabtu malam, 31 Agustus 2028.

Adapun agenda yang telah diprogram, dimana kini TTKKBI telah menyusun struktural untuk DPW II TTKKBI sebagai syarat utama dalam untuk mendirikan keberadaan TTKKBI di wilayah Kabupaten Tangerang.

Hadir dalam kegiatan itu, Abah H. Moch Wahyudi Abdul Karim Al-Bantani dari pimpinan DPP TTKKBI; Kang Adi Hidayat atau yang dikenal Kang Abril, Guru Besar Silat Tjimande Padepokan Tjimande Tari Kolot Nusantara dari Desa Gembong Kecamatan Balaraja; dan para Guru dari berbagai padepokan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang.

Ketua TTKKBI DPW II Kabupaten Tangerang, Yaman Kala Hideung mengatakan, pihaknya telah melakukan rapat penetapan kepengurusan TTKKBI sebagai penunjang atau kelengkapan syarat untuk dibawa ke DPP TTKKBI.

“Alhamdulillah malam ini telah ditetapkan secara struktural, yang telah disepakati dari berbagai pembina atau pengasuh padepokan pencak silat. Artinya, TTKKBI untuk wilayah Kabupaten Tangerang disambut antusias para pegiat seni budaya pencak silat,” ujarnya.

Ia mengatakan, untuk pembinaan para murid yang akan dilatih ke depannya oleh kang Abril, untuk membina pencak silat Tjimande Tari Kolot, baik anggota dan para murid-murid yang akan ikut berlatih.

“Kita berharap untuk seluruh padepokan pencak silat bisa bergabung menyatukan visi-misi dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan budaya seni pencak silat sebagai warisan leluhur kita, dan dengan niat bismillahirrahmanirrahim dengan hati yang tulus kami akan kembangkan TTKKBI menjadi sarana untuk mengembangkan seni budaya,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua DPP TTKKBI, Abah H. Moch Wahyudi Abdul Karim Al-Bantani yang hadir pada saat itu menambakan, seni pencak silat adalah warisan leluhur yang wajib dipertahankan dan tanamkan terus kepada generasi muda.

“Alhamdulillah hingga detik ini para guru dan titik padepokan pencak silat Tjimande masih bertahan, dan dengan adanya TTKKBI ini kita bisa lebih berkembang pesat hingga pencak silat Tjimande Tari Kolot ini akan terus bertahan selamanya,” ujarnya.

“Untuk generasi muda, mari kita kuatkan jiwa untuk bisa bertanggung jawab dalam mempertahankan warisan leluhur kita, dimana pencak silat Tjimande Tari Kolot ini mampu membangun karakter yang berjiwa besar serta ketawadhu kita terhadap sang pencipta Allah SWT. Pencak Silat Tjimande Tari Kolot ini menempa jiwa manusia baik lahir batin yang baik,” pungkasnya. (Reno)