![]() |
Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah saat kegiatan panen perdana cabe merah di Kampung Kadu boboko, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Jum’at, 03 Maret 2023. (Dok.Istimewa) |
SERANG, KabarViral79.Com – Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah menjadikan Kecamatan Pabuaran sebagai sentra produksi cabe merah untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang akan memaksimalkan lahan tidur untuk ditanami cabe merah.
“Lahan tidur di sini ini kan tadah hujan, perkebunan atau ladang nah ini supaya menghasilkan yang punya nilai. Ini menjadi pilihan Desa Tanjungsari menjadi desa sentra produksi cabe merah,” ujar Tatu di sela panen perdana cabe merah di Kampung Kadu Boboko, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Jum’at, 03 Maret 2023.
Tatu mengaku bersyukur bisa memanen perdana cabe merah bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Suhardjo, Penyuluh Pertanian Arif, Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoumperindag) Adang Rahmat, camat, kepala desa dan masyarakat setempat.
“Alhamdulillah para petani dengan penyuluh sedang mencoba ini panen perdana budi daya cabe seluas kurang lebih 20 hektare se-Kecamatan Pabuaran,” katanya.
Baca juga: Sampaikan LKPD, Pemkab Serang Fokus Kualitas Penggunaan Anggaran
Berdasarkan hasil panen perdana cabe merah saat ini kurang lebih menghasilkan sebanyak 3,5 ton untuk per hektarnya dan ini masih harus ditingkatkan.
Pihaknya menargetkan, sebanyak lima sampai enam ton per hektare yang menugaskan Kepala DKPP Kabupaten Serang dan penyuluh untuk membawa tim ahli di bidang pertanian.
“Tim ahli untuk pertanian karena ini ada persoalan hama kemudian juga untuk meningkatkan jumlah produktivitas per hektarnya, tonasenya ini mencapai maksimal,” ucapnya.
Tatu menyebutkan, untuk panen perdana ini masyarakat para petani jika dihitung dengan total biaya yang dikeluarkan ini tidak rugi, akan tetapi profit mereka atau keuntungannya masih kecil dengan harga kondisi sekarang yang dipasarkan harga biasa bukan harga tinggi dan juga tidak harga rendah.
“Untuk biaya kurang lebih Rp60 sampai Rp62 juta berikut sewa tanah perhektarenya. Ini akan didorong oleh Pemda para petani di sini. Dengan hasil seperti ini, kita akan tingkatkan supaya ada lahan-lahan yang lain dibuka untuk budi daya cabe,” ungkapnya.
Terkait sudahkah memenuhi kebutuhan lokal untuk produksi cabe merah, Tatu memastikan belum.
“Kalau dilihat masih belum, karena ini baru masuk ke Pasar Rau Serang saja. Ini sudah tertampung semuanya. Kalau kita produksi besar kan bisa masuk ke Pasar Jakarta. Alhamdulillah perdana ini hasilnya tidak rugi, berarti ketemu dengan varietas ababil namanya. Tadi kita lihat panen cukup besar cabenya,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala DKPP Kabupaten Serang, Suhardjo mengatakan, untuk panen perdana dari lahan tidur yang dimanfaatkan untuk bertanam cabe merah lantaran, melihat kebutuhan cabe merah selama ini masih tergantung dari daerah lain baik dari Jawa Tengah (Jateng), bahkan luar pulau Jawa masuk ke Pasar Rau Serang.
“Nah ini kita baru memproses sedikit. Untuk desa ini kita baru per hektare sekitar 3,5 ton. Nanti kalau sudah dimaksimalkan per hektare itu kurang lebih 12 ribu batang kalau per batangnya ada setengah kilo kita beri 12 ton per hektare,” ujarnya.
Baca juga: Bupati Serang Ajak Muhammadiyah Cegah Dampak Negatif Digitalisasi
Suhardjo memastikan akan terus mengembangkan produksi cabe merah dengan mempelajari kekurangannya apa saja. Karenanya untuk panen perdana ini masih ada hama-hama jamur pada setiap batangnya, maka pihaknya akan mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut agar hasil produksinya meningkat lagi.
“Minimal kebutuhan daerah kita sendiri bisa terpenuhi dari hasil kita sendiri sentra cabe di Desa Tanjungsari, Desa Kadubeureum, Kecamatan Pabuaran dan Desa Pondok Kahuru, Kecamatan Padarincang itu mulai produksi cabe,” katanya.
Untuk produksi cabe merah di Kecamatan Pabuaran seluas 20 hektare terbagi untuk Desa Tanjungsari 10 hektare dan Desa Kadubeureum 10 hektare.
Untuk produksinya per tahun, kata Suhardjo, dari satu hektare sebanyak 3,5 ton. Kalau 20 hektare berarti 60 ton permusim. Ini bisa dua musim per tahunnya, kalau dua kali sekitar 250 ton.
“Sebenarnya kebutuhan cabe di kita itu hampir 300 ton per bulannya. Apalagi menjelang Hari Raya Idul Fitri, dan Ramadhan, itu akan lebih banyak lagi, karena orang masak butuh cabe. Saat ini, menjelang lebaran, kita coba kalkulasikan supaya bisa panen untuk memenuhi kebutuhan warga kita,” ucapnya.
Suhardjo menyebutkan, jika untuk kebutuhan cabe merah di Kabupaten Serang kurang lebih dalam setahun sekitar 80 sampai 100 ton belum bisa terpenuhi dari hasil produksi yang dihasilkan.
“Nanti kita manfaatkan lahan-lahan tidur, kita manfaatkan untuk menanam cabe,” katanya.
Terkait kendala, Suhardjo mengatakan, pertama masyarakat belum terlatih. Masyarakat bisa senang melihat menanam cabe jika sudah berhasil, mereka akan menanam maka perlu diatur untuk penanaman dan panennya sehingga harga tetap stabil.
“Karena modal yang dibutuhkan Rp60 sampai 62 juta per hektarnya itu dengan sewa lahan per tahun, per tahun kurang lebih Rp5 juta untuk sewa lahannya, maka kita atur tanam dan panennya,” tuturnya.
Suhardjo menambahkan, selama ini pihaknya juga mengupayakan untuk bantuan bibit, pupuk, obat-obatan.
“Ini juga salah satu program dari Kementerian Pertanian dengan bantuan bibit, pupuk dan obat-obatan. Untuk tenaganya, masyarakat sini,” tuturnya. (*/red)