-->

Berita Terbaru

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

Bima Arya Sebut Tantangan Politisi dan Wartawan Sama

By On Senin, November 02, 2020

Walikota Bogor, Bima Arya. 

BOGOR, KabarViral79.Com – Politisi dan wartawan memiliki tantangan yang sama dalam dua orientasi, yakni mata pencaharian dan pengabdian. Tantangan tersebut tidak selalu hitam dan putih.

Demikian seperti dikatakan Walikota Bogor, Bima Arya saat membuka Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian (OKK) yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Bogor kemarin.

“Ada pekerjaan yang orientasinya mata pencaharian, tetapi ada komponen pengabdiannya. Sebaliknya, ada juga yang sebetulnya semangatnya pengabdian, tapi munculah mata pencaharian di situ,” kata Bima dalam keterangan tertulis, Minggu, 01 November 2020.

Menurutnya, ada tiga tantangan dan godaan utama yang kerap menghampiri politisi dan wartawan. Pertama adalah tantangan untuk menjaga nurani, hal ini seringkali terjebak pada kepentingan owner.

Baca juga: Generasi Muda Golkar Nilai Airlangga Bawa Perubahan Positif di Tubuh Golkar

“Kalau politisi siapa ownernya, ya ketum partai. Kalau ketum partai bilang A padahal nurani kita B, maka kemudian nurani kita tergadaikan. Kepentingannya apa? Bisa kepentingan politik, bisa kepentingan bisnis,” pungkasnya.

“Teman-teman wartawan juga begitu. Wartawannya idealis tapi kalau ownernya pragmatis di situlah pertarungannya. Makanya kemudian banyak politisi yang membangkang. Banyak wartawan yang keluar. Wartawan tidak mungkin membangkang, karena (kalau membangkang) dikeluarkan,” jelasnya.

Kemudian tantangan yang kedua adalah menjaga akurasi dan presisi. Menurutnya politisi bisa asal ngomong, kemudian menjadi hoaks, memicu kerusuhan. Sementara, wartawan dituntut deadline, harus setor berita sekian per hari.

“Ini tidak mudah. Sekarang ini eranya post-truth. Ketika keyakinan mengalahkan kebenaran. Fakta dinomorduakan. Politisi dan wartawan itu sama. Kita ini diancam oleh kebangkitan sektarian, kebangkitan primordia, kebangkitan SARA. Tidak hanya di masa Pilkada, tapi di masa-masa biasanya juga begitu. Tidak ada presisi, tidak ada akurasi, terbawa oleh sentimen emosi,” tuturnya.

Baca juga: Kritisi Kebijakan WH, Fahmi Hakim: Penanganan Covid-19 Murni Kemanusiaan, Bukan Politik Pencitraan

Tantangan terakhir, kata Bima, bagaimana melakukan inovasi. Di era sekarang, setiap orang yang memiliki smartphone seperti menjadi pemimpin redaksi melalui kanal sosial media mereka.

“Jadi netizen ini kreasinya, inovasinya luar biasa. Merambah semua kanal. Kalau teman-teman wartawan tidak mampu berkreasi dan berinovasi maka kita akan dimakan oleh arus mainstream hari ini. Politisi juga sama. Kalau pakem lama, model lama, komunikasi lama, gaya lama, copy paste APBD, business as usual, tidak bisa. Jadi tantangan kita sama. Menjaga nurani, membangun akurasi dan melakukan inovasi,” tutupnya. (red)

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »